Selasa, 08 November 2016

Pemuda dan Sosialisasi

Secara hukum pemuda adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah bagi pria biasanya pada usia 11 – 15 tahun dan keluarnya darah haid bagi wanita biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.
Macam – macam pemuda dikaji dari perannya dalam masyarakat
  1. Jenis pemuda urakan : Yaitu pemuda yang tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan–perubahan dalam masyarakat. Tidak ingin untuk mengadakan perubahan dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan bagi dirinya sendiri, kebebasan untuk menentukan kehendak diri sendiri.
  2. Jenis pemuda nakal : Pemuda-pemuda ini tidak ingin, tidak berminat dan tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan dalam masyarakat ataupun kebudayaan, melainkan berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan menggunakan tindakan yang mereka anggap menguntungkan dirinya tetapi merugikan masyarakat.
  3. Jenis Pemuda Radikal : Pemuda-pemuda radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak puas, tidak bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan maupun tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.
  4. Jenis Pemuda Sholeh : Pemuda yang dalam setiap tingkah lakunya sehari – hari selalu berpegang teguh terhadap agamanya. Melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mukhlish muchad Fuadi: 3rd Semester 2007]
Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masayrakat
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah. Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif. Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Masalah-Masalah Generasi Muda Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
  1. Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
  2. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
  3. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
  4. Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran /setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
  5. Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
  6. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
  7. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga. 
  8. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
  9. Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
  10. Kebutuhan Akan Figur Teladan Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.
  11. Sikap Apatis Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
  12. Kecemasan dan Kurangnya Harga Diri Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
  13. Ketidakmampuan untuk Terlibat Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.
  14. Perasaan Tidak Berdaya Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
  15. Pemujaan Akan Pengalaman Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman.

Potensi- potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
  1.  Idealisme dan daya kritis
  2. Dinamika dan kreativitas
  3. Keberanian Mengambil Resiko
  4. Opimis dan kegairahan semangat
  5. Sifat kemandirian, disiplin, peduli, dan bertanggung jawab
  6. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
  7. Patriotisme dan Nasionalisme
  8.  Kemampuan menguasai ilmu dan teknologi
Cara mengembangkan potensi generasi muda:
  1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
  2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
  3. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
  4. Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.

Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses belajar seseorang menuju pembentukan kepribadian melalui pemahaman mengenai kesadaran terhadap peran diri yang dijalankan dan peran yang dijalankan orang lain. Sosialisasi juga dapat dimaknai sebagai suatu proses di mana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan (tradisi, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat, yang dimulai dari lingkungan keluarganya dan kemudian meluas pada masyarakat luas, lambat laun dengan keberhasilan penerimaan atau penyesuaian tersebut, maka individu akan merasa menjadi bagian dari keluarga atau masyarakat.
Pada dasarnya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi dari lahir hingga meninggalnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa mempunyai kecenderung an untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui suatu proses. Proses penyesuaian diri terhadap masyarakat dalam sosiologi dinamakan proses sosialisasi.

Tahapan Sosialisas
  1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage) : Tahap persiapan merupakan tahap pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini anak mulai melakukan tindakan meniru meskipun belum sempurna.
  2. Tahap Meniru (Play Stage) : Pada tahap ini anak dapat meniru perilaku orang dewasa dengan lebih sempurna. Anak sudah menyadari keberadaan dirinya dan orang-orang terdekatnya serta mampu memahami suatu peran
  3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage) : Pada tahap ini anak mulai memahami perannya dalam keluarga dan masyarakat. Anak mulai menyadari peraturan yang berlaku.
  4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage) : Pada tahap ini anak sudah mencapai proses pendewasaan dan mengetahui dengan jelas mengenai kehidupan bermasyarakat. Anak mampu memahami peran yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat.

Fungsi Sosialisasi
  1. Membentuk pola perilaku individu berdasarkan kaidah nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
  2.  Menjaga keteraturan dalam masyarakat.
  3. Menjaga integrasi masyarakat.
Tujuan Sosialisasi
  1.  Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus.
  2.  Membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
  3.  Memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan nilai dan norma dalam masyarakat.
  4. Mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
  5. Tercapainya integrasi masyarakat.
Bentuk Sosialisasi
  1. Sosialisasi primer merupakan tahap sosialisasi pertama yang diterima oleh individu dalam lingkungan keluarga.
  2. Sosialisasi sekunder, biasa terjadi di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja, dan media massa.
  3. Sosialisasi represif merupakan bentuk sosialisasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Sosialisasi tahap ini berkaitan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment).
  4. Sosialisasi partisipatoris merupakan sosialisasi yang dilakukan dengan mengutamakan peran aktif dari objek sosialisasi dalam proses internalisasi nilai dan norma.
  5. Sosialisasi secara formal merupakan bentuk sosialisasi yang dilakukan melaiui lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan kepolisian.
  6. Sosialisasi secara nonformal adalah bentuk sosialisasi melalui lembaga nonformal seperti masyarakat dan kelompok bermain.
  7. Sosialisasi langsung merupakan tahap sosialisasi yang dilakukan secara face to face tanpa menggunakan media atau perantara komunikasi.
  8. Sosialisasi tidak langsung, yaitu sosialisasi dengan menggunakan perantara/alat komunikasi.
Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Beberapa faktor pembentuk kepribadian sebagai berikut:
  1. Faktor biologis, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang diperoleh dari genetik keturunan orang tua.
  2. Faktor kelompok, yaitu kepribadian yang terbentuk dari pengaruh lingkungan kelompok sosial.
  3.  Faktor prenatal, yaitu faktor yang berkaitan dengan pemberian rangsangan atau stimulus ketika anak masih dalam kandungan.
  4. Faktor geografis, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan alam.
  5. Faktor kebudayaan, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya.
  6. Faktor pengalaman, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang berhubungan dengan pengalaman hidup.
Bentuk Media Sosialisasi
Media Keluarga
  1. Keluarga merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi perilaku anggota keluarganya.
  2. Orang tua berperan mendidik anak agar kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat.
  3. Sosialisasi diberikan oleh orang tua kepada anak agar membentuk ciri khas kepribadian.
Media Sekolah
Proses sosialisasi di lingkungan sekolah sebagai berikut.
  1.  Berperan dalam proses sosialisasi sekunder.
  2. Melibatkan interaksi yang tidak sederajat (antara guru dan siswa) serta interaksi sederajat (antara siswa dan siswa).
  3. Cakupan sosialisasi lebih luas.
  4. Berorientasi untuk mempersiapkan penguasaan peran siswa pada masa mendatang.
  5. Menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak.
Media Kelompok Bermain
Proses sosialisasi dalam kelompok bermain sebagai berikut.
  1. Dilakukan antarteman, baik teman sebaya maupun teman tidak sebaya.
  2. Terjadi secara ekualitas (hubungan sosialisasi yang sederajat).
  3. Kelompok bermain ikut menentukan cara berperilaku anggota kelompoknya.
  4. Menjadi bagian dari subkultur yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif.
Media Lingkungan Kerja
Proses sosialisasi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai berikut.
  1. Diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan hasil kerja.
  2. Sosialisasi tahap lanjut setelah memasuki masa dewasa.
  3. Adaptasi dalam proses sosialisasi lingkungan kerja dilakukan berdasarkan tuntutan sistem.
  4. Intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan antarkolega.
Media Massa
Identifikasi proses sosialisasi media massa sebagai berikut:
  1. Dilakukan untuk menghadapi masyarakat luas.
  2. Pesan sosialisasi lebih bersifat umum.
  3. Diperlukan peran serta masyarakat untuk bersikap selektif terhadap informasi yang akan diserap oleh anak.
  4. Sosialisasi selalu mengikuti segala bentuk perkembangan dan perubahan sosial yang bersifat universal.
  5. Berperan penting untuk menyampaikan nilai dan norma untuk menghadapi masyarakat yang heterogen.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar